Tokyo (ANTARA) – Toyota Motor Corporation (TMC) terus mengkaji proses produksi etanol berbasis komoditas pertanian non-pangan demi memperkuat pemanfaatan bahan bakar hayati atau biofuel sebagai salah satu opsi mewujudkan inisiatif netral karbon.
Wakil Presiden Eksekutif sekaligus Kepala Teknologi (Chief Technology Officer/CTO) TMC, Hiroki Nakajima, mengatakan hal tersebut penting dilakukan mengingat praktik produksi etanol saat ini umumnya masih berbasis bahan pangan seperti tebu atau jagung.
“Secara global, pemanfaatan bahan pangan untuk memproduksi bahan bakar kendaraan kerap memunculkan perdebatan apakah itu sesuatu yang etis. Itulah mengapa penting untuk terus mengembangkan riset etanol berbasis komoditas non-pangan,” kata Nakajima dalam Lokakarya Toyota Global di Gedung TFT, Odaiba, Tokyo, Jepang, Jumat.
Baca juga: Wamen Investasi sebut Toyota tertarik bangun pabrik etanol di RI
Sorgum, tumbuhan yang bisa hidup tanpa membutuhkan banyak air dan berpotensi tiga kali panen dalam setahun, menjadi salah satu opsi yang disebut Nakajima bisa dimanfaatkan untuk materi pembuatan etanol.
Umumnya, sorgum memang memiliki tiga varietas untuk pemanfaatan spesifik yakni pangan alternatif, pakan ternak, dan bahan biomassa atau bioetanol.
Menurut Nakajima pihaknya juga melakukan penelitian holistik di fasilitas riset yang dimiliki Toyota maupun bersama sejumlah perusahaan terkait otomotif lain guna meningkatkan pemahaman proses produksi etanol yang lebih efisien.
Baca juga: Kemenperin sebut sagu jadi bahan baku paling murah untuk bioetanol
“Saat ini riset tersebut masih dalam tahap eksperimental, namun kami optimistis bahwa etanol berbasis non-pangan dapat menjadi solusi penting untuk memperluas pemanfaatan biofuel di berbagai wilayah,” ujarnya.
Pemutakhiran pengetahuan tentang produksi biofuel dan/atau bioetanol yang lebih efisien sejalan dengan pendekatan aneka jalur atau (Multi-Pathway Approach/MPA) sebagai strategi Toyota dalam mencapai netralitas karbon serta mewujudkan semangat mobilitas untuk semua (Mobility for All).
Melalui MPA, Toyota tak hanya berfokus pada satu teknologi di kendaraan mereka, tetapi menempuh dan mengembangkan beragam teknologi mesin baik itu elektrifikasi berbasis baterai (BEV), hybrid, plug-in hybrid (PHEV), dan hidrogen (HEV) maupun pemanfaatan biofuel serta bahan bakar sintetis untuk mesin pembakaran dalam (ICE).
Baca juga: ESDM akan uji kandungan etanol 10 persen di iklim Indonesia
 
Baca juga: Toyota Astra Motor dukung pemerintah tekan impor BBM melalui Bioetanol
Presiden Pusat Pengembangan Rekayasa Mesin Netral Karbon TMC Keiji Kaita mengingatkan bahwa saat ini sebagian besar mesin bertenaga bensin kendaraan Toyota sudah siap menggunakan bahan bakar tercampur etanol berbagai level.
“Artinya setiap negara dapat menyesuaikan penerapannya dengan mempertimbangkan kondisi iklim, infrastruktur, maupun kebijakan energi masing-masing,” kata Kaita.
Pemerintah Indonesia baru-baru ini menyatakan rencana untuk menerapkan peraturan kewajiban penggunaan bensin dengan campuran etanol 10 persen (B10) yang bakal mulai berlaku pada 2027 mendatang.
Baca juga: Toyota dorong pengembangan bioetanol perkuat pendapatan per kapita RI
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025
 
							










